- Pengertian Ilmu Sosial
Ilmu
sosial adalah ilmu yang mencakup semua aspek didalam kehidupan mulai
dari sifat seseorang atau individu, interaksi antar individu, antara
individu dan kelompok, dan interaksi antara kelompok dan kelompok.
Lalu pengertian ilmu sosial dasar adalah suatu pengetahuan yang
menelaah berbagai masalah sosial khususnya yang diwujudkan oleh
masyarakat umum dengan menggunakan berbagai pengertian (fakta, konsep
dan teori) yang berasal dari berbagai macam bidang ilmu pengetahuan
keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial, Misalnya seperti: Sejarah,
ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, psikologi social,
dan sebagainya.
- Teori Ilmu Sosial
- Bahwa perilaku manusia itu mempunyai .makna dibalik yang menggejala, sehingga diperlukan metoda untuk mengungkapkan perilaku yang terselubung.
- Pemaknaan kemanusiaan manusia perlu dicari sumbernya pada interaksi sosial manusia. Manusia membangun lingkungannya, manusia membangun dunianya, dan kesemuanya dibangn berdasrkan simpati, dengan bentuk tertinggi mencintai sesama manusia dan mencintai Tuhan.
- Bahwa masyarakat manusia itu merupakan proses yang berkembang holistik, tidak terpisah, tidak linier, dan tidak terduga.
- Perilaku manusia itu berlaku berdasarkan penafsiran fenomenologik, yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan dan tujuan, bukan di tujukan atas proses mekamik atau otomatik, perilaku manusia bertujuan dan tidak terduga.
- Konsep mental manusia itu berkembang dialektik, mengakui adanya tesis, antithesis, dan sintesis, sifatnya idealitik bukan materialistik.
- Perilaku manusia itu wajar, dan konstruktif kreatif, bukan elementer reaktif.
- Perlu di gunakan metoda instrospeksi simpatetik, menekankan pendekatan intuitif untuk menangkap makna (Muhadjir, dalam Tjipto 2009: 82).
Dari
perspektif simbolik, semua organisasi sosial terdiri dari para pelaku
yang mengembangkan definisi tentang suatu situasi atau prspektif
lewat proses interpretasi dan mereka bertindak dalam makna definisi
tersebut.
- Teori Etnografi (Menurut Bogdan Dan Bilken Dalam Tjipto .2009: 83)
- Dijelaskan bahwa kerangka kerja yang digunakan dalam melaksanakan studi antropologi adalah konsep tentang kebudayaan (the concept of culture). Usaha untuk mendiskripsikan budaya atau aspek budaya disebut (ethnography). Budaya merupakan pengetahuan yang diperoleh seseorang dan digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman yang menghassilkan sesuatu (Spradly dalam Tjipto, 2009: 83).
- Beberapa antropologi mendefinisikan kebudayaan sebagai “Pengetahuan perolehan yang digunakan orang untuk menafsirkan pengalaman dan membuahkan tingkahlaku” (Spradly dalam Tjipto, 2009: 83).
- Peneliti Etnografi agar dapat mencapai tujuan perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Peneliti dituntut memiliki pengetahuan dan dedikasi yang tingi, sebab etnografi diperlukan pengamatan, interaksi dengan responden, atau anggota komunitas tertentu dalam waktu yang relative lama.
- Etnografi umumnya tidak tertarik dengan generalisasi seperti pada penelitian psikometrik, tetapi lebih tertarik untuk memotret kondisi apa adanya.
- Fokus etnografi adalah situasi nyata dan setting secra alamiah dimana orang beraktifitas dan berhubungan sosial dengan anggota masyarakat lainnya.
- Etnografi menempatkan pada perlunya koleksi dan interpretasi data dari hipotesis yang sudah diterapkan. Etnografi bergerak dari data dalam mencari hipotesis, bukan hipotesis mencari data.
Dari
hipotesis yang dibangun peneliti, etnografi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu Naturalistic Ecological Hypotheses (NEH) dan Qualitative
Phenomenological Hypothesis (QHP). Naturalistic Ecological Hypothesis
menyatakan bahwa konteks duania perilaku terjadi pada subjek yang
diteliti, memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku subjek
tersebut. Sedangakan dalam penelitian Qualitatif Phenomenological
Hypothesis lebih mengkonsentrasikan etnografi dibnding dengan
psikometrik, karena peneliti lebih percaya bahwa perilaku manusia
tidak dapat dimengerti dengan lebih baik tanpa meleburkan diri
bersama (incorporating) kedalam pengamatan persepsi subjek serta
system kepercayaan diri mereks yang terlibat dalam penelitian.
- Teori diskriptif (William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Menggambarkan
apa-apa yang nyata-nyata terjadi dilapangan (memotret apa adanya).
Artinya, semua kegiatan sosial yang terjadi di lapangan di gambarkan
secara nyata. Misalnya seorang bocah membantu seorang nenek
yang tua renta hendak menyeberang jalan. Sehingga apa yaang terjadi
tersebut digambarkan dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya rekayasa.
- Teori pre-skriptif (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Menggambarkan
perubahan-perubahan untuk melakukan pembaharuan, koreksi dan
perbaikan suatu proses teori dan fenomena tertentu.
- Teori Normatif (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Pada
dasarnya mempersoalkan peranan suatu kebijaksanaan/
perundang-undangan/ peraturan tertentu.
- Teori asumtif (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Lebih
memusatkan perhatian pada usaha-usaha untuk memperbaiki suatu praktek
dengan memahami hakekat suatu fenomena yang terjadi dalam
lingkungannya.
- Teori instrumental (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Bermaksud
untuk melakukan konseptualisasi mengenai cara-cara memperbaiki suatu
teknis sehingga dapat dibuat sebagai sasaran yang lebih realistik
(tools of analysis).
- Teori hubungan manusia (human relation theory) (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Menitik
beratkan bahwa norma-norma sosial merupakan faktor kunci dalam
menentukan sikap, perilaku dan tindakan seseorang terutama dalam
lingkungan kerja.
- Teori pengambilan keputusan (decesion making theory) ( Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Lebih
mengkonsentrasikan diri pada analisa proses pengambilan keputusan,
apakah mempergunakan model statistik, model optimasi, model
informasi, model simulasi, model liniar programming, model critical
path scheduling, model inventory, model site location, ataukah model
resources allocation, dan sebagainya (catatan : pada beberapa
fakultas dan program training sudah merupakan mata pelajaran
tersendiri).
- Teori perilaku (behavior theory) (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Orientasi
yang dikembangkan adalah efesiensi dan sasaran dengan cara
mengintegrasikan komponen-komponen anggota organisasi, struktur dan
prosesnya. Dengan kata lain teori perilaku lebih memahami pentingnya
aspek dan faktor manusia sebagai alat utama untuk mencapai tujuan
organisasi ( catatan : teori perilaku ini juga sudah merupakan mata
kuliah tersendiri sebagai mata kuliah perilaku organisasi).
- Teori sistem (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Merupakan
suatu cara pendekatan yang memandang bahwa setiap fenomena mempunyai
berbagai komponen yang saling berinteraksi satu sama lain agar dapat
bertahan hidup (survival). Dalam sistem memiliki beberapa unsur
sistem antara lain : unsur lingkungan, unsur masukan (input), unsur
pengelola (konversi/throught put), unsur keluaran (out put/product),
unsur efek atau unsur akibat (consequences), dan unsur umpan balik
(feed back)
- Teori kontingensi (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Sebagai
perkembangan dari teori sistem yang dipersamakan dengan pendekatan
situasional yang mengakui adanya dinamika dan kompleksitas antar
hubungan (interaksi sosial).
- Teori deskriptif eksplanatori (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Menjelaskan
keaneka ragaman isi yang terkandung dalam fenomena lingkungan nyata
(cenderung ke metode content analysis, discourse analysis, framing
analysis).
- Sosiologi adalah ilmu positip (Menurut August Comte)
Masyarakat.
Ia menggunakan kata positip yang artinya empiris. Jadi sosiologi
baginya adalah studi empiris tentang masyarakat. Menurut August
Comte, obyek studi dari sosiologi adalah tentang masyarakat, ada dua
unsure yaitu struktur masyarakat yang disebut statika sosial dan
proses-proses sosial di dalam masyarakat yang disebut dinamika
sosial.
- Teori Struktural Fungsional (Konstruksionisme) (Menurut Talcott Parson)
Teori
ini menjelaskan tingkah laku manusia berdasarkan suatu sistem sosial
yang terbentuk oleh jaringan hubungan berbagai fungsi yang ada dalam
suatu masyarakat, yaitu fungsi-fungsi seperti : peran, status,
pendapatan, pekerjaan dll. Hubungan antara fungsi-fungsi sosial
tersebut dianggap sama dengan hubungan antara fungsi-fungsi biologis
dalam suatu organisme.
- Teori Struktural Historis (Menurut Max Weber)
Dimana
tingkah laku manusia seakan-akan ditentukan hanya oleh pranata
ekonomi dengan tekanan khusus, padahal kenyataannya bahwa tingkah
laku manusia berhubungan langsung dengan hubungan produksi yang
melibatkannya.
- Teori Struktural Historis (Menurut Hegel)
Dengan
demikian orang-orang yang mempunyai akses terhadap faktor-faktor
produksi akan mempunyai bentuk tingkah laku yang berbeda dari mereka
yang tidak memiliki akses tersebut.
- Teori Struktural Historis (Menurut Karl Marx)
Relasi
produksi tersebut menimbulkan klas-klas sosial dalam masyarakat, dan
tingkah laku sosial sebetulnya tidak lebih dari masalah yang muncul
dari pertarungan antar kelas.
- Teori Struktural A-Historis (Menurut Levi Strauss)
Teori
ini beranggapan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh beberapa
struktur apriori yang asal-usulnya tidak dapat dijelaskan oleh
perkembangan sejarah, bahkan sebaliknya sejarah dibentuk oleh watak
struktur-struktur tersebut.
- Teori Fenomenologi (Menurut Muhadjir, Dalam Tjipto 2009: 68)
Pendekatan
fenomenologi mengakuai adanya kebenaran empiric etik yang memerlukan
akal budi untuk melacak dan menjelasskan serta berargumentasi. Akal
budi ini mengandung makna bahwa kita perlu menggunakan criteria lebih
tinggi lagi dari sekedar true or false.
- Permasalahan Sosial
Salah
satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah sampah. Masalah
sampah sangat mengganggu, terutama kalau tidak dikelolah dengan baik.
Bagaimana dengan pengelolaan sampah di lingkunganmu? Bagi masyarakat
pedesaan, sampah mungkin belum menjadi masalah serius. Tapi, tidak
demikian dengan masyarakat yang tinggal di kota atau di daerah padat
penduduk. Masyarakat kota dan daerah padat penduduk menghasilkan
banya sekali sampah. Sampah segera menumpuk jika tidak segera
diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pemerintah, dalam
hal ini adalah Dinas Kebersihan, memikul tanggung jawab dalam
mengelola sampah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau tidak sedap.
Sampah yang ditumpuk dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular.
Misalnya, muntah berak (muntaber), penyakit kulit, paru- paru, dan
pernapasan. Karena itu, kalau kamu perhatikan, di lingkungan tempat
tinggalmu ada selalu ada petugas sampah. Setiap bulan orang tuamu
membayar iuran sampah. Pernahkah kamu mengalami keadaan di mana
sampah tidak diangkut lebih dari satu minggu? Lingkungan menjadi bau,
bukan? Bagaimana Pak RT dan masyarakat di lingkunganmu memecahkan
masalah ini? Masalah lain berkaitan dengan sampah adalah kebiasaan
buruk membuang sampah sembarangan. Di banyak tempat banyak warga yang
biasa membuang sampah ke sungai dan saluran air. Sungai dan aliran
air menjadi mampet. Akibatnya, sering terjadi banjir jika hujan
lebat.
Semua
warga masyarakat harus ikut serta mengelola sampah. Warga bisa
mengurangi masalah sampah dengan tertib mengelola sampah. Kita
biasakan untuk memisahkan sampah plastik dari sampah basah. Kemudian
kita menaruh sampah di tempat semestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar